Monday 17 December 2012

Tujuh Puluh Tahun


Terima kasih sudah begitu menginspirasi, terima kasih sudah mengenalkan saya arti hipokrisi, terima kasih atas sarannya untuk berbagi waktu dengan alam, terima kasih sudah menularkan kecintaan akan sastra, terima kasih sudah meyakinkan bahwa salah satu hal yang hakiki adalah dapat merasai kedukaan, dan (sebagai mahasiswa), terima kasih karena telah meniupkan ruh perjuangan dalam pergerakan.

Semoga selalu tenang di pangkuan semesta.

Selamat ulang tahun, pemegang nomor keanggotaan M-007 di MAPALA UI :)

Thursday 6 December 2012

Antara Muntah dan Sampah

Koar-koar nasionalisme benar-benar membusuk di telinga saya. Mengklaim diri sebagai orang yang paling peduli dengan negara, berbondong-bondong menghina negara tetangga yang memberi stempel hak milik atas kebudayaan bangsa, memasang badan untuk siap ricuh saat mendukung para pemain sepak bola di  lapangan hanya segelintir contoh dari apa yang mereka sebut nasionalisme. Lucu ketika di tengah segala kenasionalismean yang digaungkan, masih ada yang menyibukkan diri di dalam isu pluralitas dengan tetap mengagungkan sukunya sendiri dan merasa paradigma yang diusungnya adalah yang paling benar. Lucu ketika harusnya dengan nasionalisme lu bisa belajar toleransi dan menghargai, tapi yang terjadi justru sebaliknya, saling menyerang tanpa peduli. 
Nasionalisme itu apa?

Saya ingat salah satu materi kuliah yang pernah dibahas di kelas adalah tentang Self-Determination Theory, teori yang mengatakan bahwa manusia memiliki 3 kebutuhan dasar yang bersifat innate dan ada dalam diri setiap manusia. Tiga kebutuhan tersebut adalah competence, relatedness, dan autonomy. Salah satu yang mempengaruhi 3 hal tersebut adalah kultur atau budaya. Budaya yang melekat pada kita ikut menentukan poin mana yang lebih dominan dan lebih sering ditekankan. Dosen saya bilang, budaya Barat cenderung menekankan sikap independen, sementara budaya Timur lebih mengarah pada sikap interdependen. Hal ini tidak mengusik saya sampai saya ada di mata kuliah selanjutnya yang tepat setelah mata kuliah ini. Ada kejadian yang membuat saya teringat perkataan dosen saya tadi. Kebetulan (ada ya yang namanya kebetulan? hah) materi yang dibahas adalah tentang bangsa dan negara. Kondisi kelas kosong melompong karena hampir 2/3 isi kelas tidak masuk. Ada tugas akhir yang mengharuskan mahasiswa untuk membuat sesuatu bertemakan jati diri bangsa. Tugas kelompok. Harusnya saat itu per kelompok mendiskusikan tentang tugas akhir tersebut, tapi karena hanya 1/3 yang datang, diskusi terhambat. Ada kelompok yang hanya satu orang yang datang. Sialnya, itu kelompok saya. Teman kelompok saya yang lain entah kemana. Padahal saat itu borang deskripsi kegiatan kelompok harus diisi. Proyek apa yang dipilih harus sudah jelas. Saya mau diskusi sama siapa? Lucunya, ketika saya mengirimkan chat ke salah seorang teman kelompok, ia hanya bilang "Oh iya, cuma sendiri ya? Mangaat." Saya cuma bisa...mangap. Lalu ada diskusi kecil di multichat kalau memang bisa disebut diskusi karena isinya cuma 'terseraaah, gue ngikut aja." Saya lagi-lagi cuma bisa mangap dan sama sekali ga berniat mengikutsertakan diri di 'diskusi' tersebut, mungkin nanti, ketika hasrat mengetik kalimat sarkas saya sudah hilang. Lucunya lagi, di pertemuan sebelumnya ada yang bilang, "Temanya jati diri bangsa? Gue ga tahu. Kalau lu cari contoh orang yang ga suka sama negaranya sendiri, gak usah jauh-jauh, nih ada di depan lu. Gue ga suka sama orang Indonesia, waktu itu aja gue lagi ngantri di toilet, dan ada orang yang nanya oh sekarang ngantrinya gini ya, sejak kapan? terus gue yang kayak hellooo lu kemana aja sih? Kayak ga pernah ke luar negeri aja, gitu aja ga tau, norak banget. Gue ga suka sama orang Indonesia." 
Saya denger itu cuma...mangap lagi. Setelah sesaat teringat percakapan itu, saya teringat perkataan dosen saya tadi tentang kultur. Interdependen? Darimana? Mungkin ini memang hanya accidental sample, tapi mungkin juga representator dari anak muda yang berkiblat ke Barat. (Oke saya tahu kalimat yang barusan keras, saya ga bisa menemukan cara menyampaikan ini yang lebih halus, maaf~)
Bagaimana caranya membuat tugas akhir bertemakan jati diri bangsa dan you have to deal with one hating their own nation?
Nasionalisme itu apa?

Saya gak mau hipokrit dengan bilang saya nasionalis, saya belum ngapa-ngapain, belum ngasih apa-apa buat bangsa dan negara, saya cuma gak ngerti dengan fenomena yang ada di sekitar saya sekarang. Garis hipokrisi itu benar-benar licin dan yak mungkin saya sendiri tanpa sadar sudah terpeleset, semoga ngga...
Saya sadar sesadar-sadarnya tulisan saya yang ini sangat skeptis, apatis dan subjektif. Saya cuma pengen memuntahkan apa yang membuat saya mual dan yak muntahan saya ini emang sampah. 
Maaf.