Wednesday 30 January 2013

Expectationg

Lupa waktu itu lagi cari apa di internet, tapi tiba-tiba terdampar di Goodreads dan menemukan ini:

"What makes earth feel like hell is our expectation that it should feel like heaven."
-Chuck Palahniuk

"Whatever it is you're seeking won't come in the form you're expecting."
-Haruki Murakami

Cukup membawa saya kembali pada realita :))
Akhir-akhir ini saya kayak disetir sama ekspektasi. Beberapa pilihan yang saya ambil belakangan ini berdasar pada ekspektasi yang menggantung dan nanggung hingga pada akhirnya membawa saya pada hasil yang (masukkan adjektif negatif di sini karena saya ga bisa menemukan adjektif yang pas). Kaget juga pas menyadari saya di posisi itu several times in a row. Prok prok prok. I don't know if I have to feel stupid or...stupid. Lucunya, sesaat sebelum saya menetapkan pilihan, ada suara dari hmm hati kecil saya yang tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, tapi ironisnya saya malah memilih hal yang sebaliknya. Hasilnya? Jelaslah saya terlempar keluar dari zona kedamaian pikiran yang berujung pada kegelisahan dan konsekuensi lainnya yang harus saya tanggung. Prok prok prok. Ada mata kuliah Management Expectation ga yak? Pasti saya ambil hahaha. Ya sudahlah, kita ambil hikmahnya saja *shot*


Satu hal lagi yang melintasi pikiran saya adalah saya hmm harus belajar menyampaikan berita yang kurang baik ke orang lain. Semacam gak tegaan dan entah harus bersikap apa saat melihat gurat kecewa yang terpampang di wajah si penerima, apalagi kalau saya sekaligus menjadi objek berita. Dobel ga enaknya #pffft. 

Beberapa hal yang menyelamatkan saya di tengah porak-porandanya pikiran akibat ditipu ekspektasi dan bergulat dengan berita buruk adalah Malam Minggu Miko, Lie to Me (ehem bukan yang drama Korea haha), dan tidur. Setidaknya bisa membantu mendinginkan kepala yang berasap. 

Terakhir, ini hal-hal yang masih bercokol di pikiran:
-Sakit mata belum sembuh juga
-Gigi sakit lagi
-Hard disk mendadak rusak. Selamat tinggal, Running Man :( *srooot*
-Merasa bersalah karena tidak sengaja menjatuhkan iPad dan rusak.
-Belum bisa move on dari Running Man episode 122 yang bagian dikasih tantangan nyanyiin lagu. "I LOVE YOUU I NEED YOUUU I WANNA HOLD YOUUU noiseungmusemaripiroheee I LOVE YOUU I WANT YOUUU I'LL NEVER LET YOU GOOO nomadeulsaranghae nomadeulsarangheso!" HAHAHAHA kocak parah! Btw, itu yang lirik koreanya cuma sependengaran saya aja dan ditulis pakai bahasa sendiri wkwk. Nyari lagu ini dan ga nemu-nemu huf. Anyone, ada yang punya lagu Sobangcha yang judulnya On The Phone? Lagu jadul sih, tahun 80an wkwk.
-Pengen nonton Samurai X Live Action dan Code Blue. Hard disk-ku sayang, hard disk-ku malang. Kenapa rusak pas liburan ;__:
-Belum menyentuh novel lagi padahal pengen baca, terutama novelnya Murakami.
-Lagi nunggu komik Conan nomor 72. Kasus di komik nomor 71 seru dan bersambung pffft.
-Sudah merasakan perang SIAK. HIIIH.
-Menemukan banyak kosakata menarik pas nonton Lie to Me, tapi bodohnya ga saya catat -__-
-Kangen nonton bulu tangkis.
-Masih pengen libur. 
-dll, dkk, dsb 

Sudah ah, yang lainnya biarkan berlalu lalalalala~

Tetap sehat, tetap semangat!

Monday 7 January 2013

Rumpun tetangga

Yak, postingan ini disponsori oleh film Habibie & Ainun. Saya merinding banget nonton film ini. Dari awal udah kaget lihat akting Reza Rahadian, gak nyangka gestur dan cara berbicaranya semirip itu sama Pak Habibie, mantap sekali! :') Semalam sebelumnya saya baru nonton Perahu Kertas 2, jadi lihat Reza Rahadian di dua karakter yang berbeda selang sehari itu rasanya... wow. Oke, fokus, bukan Reza Rahadian yang mau saya bahas di sini wkwkwk. 
Sudah beberapa kali saya diperlihatkan kemajuan teknologi di beberapa film yang saya tonton. Kemajuan yang mendatangkan manfaat bagi orang banyak, baik itu dalam bidang kesehatan, transportasi, dan bidang lainnya. Begitu pula di film Habibie & Ainun ini. Saya disuguhi kejeniusan Pak Habibie dalam teknik mesin. Membuat sistem yang mampu menahan berat 200 ton (maaf kalau saya salah tangkap, fisika saya menyedihkan T_T), diakui kehebatannya oleh Jerman, dan saat kembali ke Indonesia beliau merancang pesawat terbang. Rasanya......saya kerdil sekali. *ini mulai berkaca-kaca pas nulis* Bukan maksud saya lancang membandingkan apa yang sudah beliau lakukan dan siapa saya serta apa yang saya lakukan (karena jelas pada kenyataannya saya belum ngapa-ngapain), tapi mendadak saya merasa kerdil ada di rumpun ini. Setiap kali usai menonton film yang menyajikan kehebatan eksakta, rasanya saya... kosong sekali. Saya mendadak ragu dengan apa yang akan saya tekuni untuk minimal 4 tahun ke depan. Saya belajar apa? Manfaatnya apa? Saya gak bermaksud menyangsikan prodi yang saya pilih, tapi ketika melihat banyak orang di luar sana yang mengembangkan sesuatu, menciptakan berbagai hal yang mendatangkan kebermanfaatan bagi massa, mengulik dan memahami alam beserta partikel-partikelnya, saya merasa saya gak bisa apa-apa. Kecil banget...
Saya gak menyesali pilihan saya untuk berada di rumpun ini. Saya pernah merasakan berada di rumpun itu, meski lingkupnya lebih umum saat SMA. Saya memang bertahan, tapi kalau harus dijadikan mayor, saya gak akan tahan, atau gak bisa, atau gak mau. Berada di sini memang pilihan, tapi ketika melihat rumpun sebelah...saya masih suka berharap saya mengerti. Berharap logika saya jalan dan ga harus seterseok-seok itu untuk bertahan saat di SMA sehingga mungkin bisa mempertimbangkan institut yang itu. Istighfar woy haha. Yak, rumpun tetangga memang selalu terlihat lebih hijau muahahehahe.
Intinya sih, yok bersyukur bersyukur :') 
Mau mengulang dikit apa yang pernah saya tulis di sini:

“Nggak ada waktu mengharapkan hal-hal yang nggak kita miliki,
kita cuma bisa mencari jalan terbaik buat bertarung sesuai kemampuan yang kita miliki.
Buat seumur hidup kita.”
(Youichi Hiruma – Eyeshield 21)

Ah, ranca bana.


Oh iya, quotes yang nempel di kepala dari film Habibie & Ainun: 

*surat dari kolega saat Pak Habibie sakit di Jerman* 
"Cepat sembuh, Rudi. Jerman membutuhkan kamu."

dan yang paling menguras emosi *hayaah*

Ucapan Pak Habibie kepada Ibu Ainun:
"Untuk ini (sambil menunjuk pesawat yang pernah beliau buat dan akhirnya tidak digunakan lagi), saya kehilangan banyak waktu untuk kamu. Untuk anak-anak." 

......................................................................*nangis*