Friday 20 September 2013

Postingan mendadak

Jadi ceritanya ada yang mau numpang posting gitu deh, tapi males, terus maunya malah nontonin Nicholas Saputra di Ada Apa dengan Cinta. Emang sih di film itu dia gantengnya ga nahan. Parah. Ditonton berapa kalipun ga akan bosen-bosen. Kulari ke hutan kemudian menyanyiku, kulari ke pantai kemudian teriakku. GILEEE siapa yang ga kenal bait puisi itu? Uuuuu :3 Terus ini yang tadinya mau numpang posting malah tiduran di sebelah gw sambil galau dengerin lagunya Glenn Fredly yang You're My Everything. Galau setelah denger kabar kalau senior kece di fakultas sebelah baru putus sama pacarnya -gosipnya sih- haha dasar anak mudaaa, kesempatan dalam kesempitan. Terus sekarang playlistnya lagi muterin Setia-nya Jikustik. Alamaak laptop nih anak lagunya nostalgila semua haha. Kayanya bentar lagi gw bakal terhasut juga nonton AAdC (lagi). Gimana dong, ga bisa move on dari Abang Nicsap. 

Bah malah ngelantur gini haha maaf ya, temen gw tidak bertanggungjawab nih, mau numpang posting malah ga jadi -__- udah terlanjur login padahal. Oh ini sekarang winampnya lagi muterin Cinta Sendiri-nya Kahitna. Astaga. Kalau penasaran, yang mau-nebeng-posting-tapi-ga-jadi itu namanya Fadhilah Kurniati.

Wednesday 4 September 2013

Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan*


Kita tak semestinya berpijak di antara
Ragu yang tak berbatas
Seperti berdiri di tengah kehampaan
Mencoba untuk membuat pertemuan cinta


Betapa keragu-raguan tidak henti-hentinya menggerogotiku sejak awal perjumpaanku denganmu dalam kata. 
Terlebih saat aku mengetahui satu hal yang paling krusial dalam hidupmu, dalam hidup kita.
Kita berbeda; aku tahu itu. Perkataan "perbedaan ada agar dapat saling melengkapi" sudah sangat sering masuk ke telingaku. Aku setuju, tapi sayangnya bukan dalam hal krusial seperti yang satu ini. Bukankah mencoba membuat dua garis sejajar agar bersinggungan adalah hal yang sia-sia? 

Ketika surya tenggelam
Bersama kisah yang tak terungkapkan
Mungkin bukan waktunya
Berbagi pada nestapa
Atau mungkin kita yang tidak kunjung siap

Senja adalah waktu yang paling rawan untuk rindu datang menyergap. Entah sudah berapa senja yang aku nikmati dengan membayangkan apa-apa yang kau ceritakan melalui aksara-aksara yang lahir dari tanganmu. Dan senja adalah waktu yang paling tepat untuk meluruhkan segala kenestapaan yang ada. Membiarkannya disantap langit merah keunguan sebelum ia kembali hinggap dalam diri dan mencipta duka. Aku tahu seharusnya aku tak mengeluh pada senja dan menodai kecantikannya, tapi kedamaian yang ditawarkan olehnya membuat tabung penahan rinduku meledak tanpa bisa kutahan dan menguarkan segala kepingan rasa di dalamnya. Mungkin aku harus menyingkir sejenak dari senja, menjauhkan nestapa dari keelokan latar magenta, menyiapkan diri untuk menerima bahwa kita berbeda, terlalu berbeda.

Kita pernah mencoba berjuang
Berjuang terlepas dari kehampaan ini
Meski hanyalah dua cinta
Yang tak tahu entah akan dibawa ke mana

Sampai sekarang aku masih mencoba melepaskan diri dari sisa-sisa kemurungan yang terus merambat, meski usaha-usahaku sebelumnya malah membawaku kembali pada gumpalan keresahan dan pertanyaan yang tak kunjung aku temukan jawabannya: mengapa kita berbeda
Aku harus mulai membiasakan diri untuk biasa saja saat melihatmu, mengabaikan dentuman bertalu-talu yang berteriak dari dalam sini dan membuangnya entah kemana.

Kita adalah sisa-sisa keikhlasan
Yang tak diikhlaskan
Bertiup tak berarah
Berarah ke ketiadaan
Akankah bisa bertemu
Kelak di dalam perjumpaan abadi

Kalau semua ini memang bertujuan mengajariku tentang keikhlasan, semoga aku akan benar-benar mengerti untuk apa perbedaan di antara kita diciptakan sehingga aku sanggup merelakanmu pergi ke arah yang berlawanan denganku. Dan aku tidak akan banyak berharap bahwa kelak kita bisa kembali berjumpa di pertemuan yang entah di mana. 


*Judul postingan dan teks yang ditulis dalam format italic adalah lagu Kita adalah Sisa-Sisa Keikhlasan yang Tak Diikhlaskan milik Payung Teduh