Thursday, 25 April 2013

Heartbreaking




Jadi ceritanya dua minggu yang lalu saya udah beli tiket buat nonton Sheila on 7 di FIB. Acaranya besok malam. Saya suka banget sama Sheila on 7 dan selalu pengen nonton konsernya langsung, pengen ngeliat Duta dkk tampil di depan mata. Belum pernah soalnya. Kebayang dong senangnya kayak apa pas tahu mereka mau tampil di kampus. Baru setelah saya beli tiket, keluarga saya bilang kalau Sabtu subuh (kurang dari 10 jam pasca nonton Sheila on 7) kami mau ke Sumedang (kereta paling malampun bakal saya naikin kalau emang harus pulang malam itu juga, tapi gak dibolehin), dan ditambah kemarin ada kabar lagi kalau Jumat malam saya harus berobat. Intinya? Saya gak bisa nonton Sheila on 7 besok. Sekian. 





</////3


Wednesday, 24 April 2013

The Storm is You


“Sometimes fate is like a small sandstorm that keeps changing directions. You change direction but the sandstorm chases you. You turn again, but the storm adjusts. Over and over you play this out, like some ominous dance with death just before dawn. Why? Because this storm isn't something that blew in from far away, something that has nothing to do with you. This storm is you. Something inside of you. So all you can do is give in to it, step right inside the storm, closing your eyes and plugging up your ears so the sand doesn't get in, and walk through it, step by step. There's no sun there, no moon, no direction, no sense of time. Just fine white sand swirling up into the sky like pulverized bones. That's the kind of sandstorm you need to imagine.



And you really will have to make it through that violent, metaphysical, symbolic storm. No matter how metaphysical or symbolic it might be, make no mistake about it: it will cut through flesh like a thousand razor blades. People will bleed there, and you will bleed too. Hot, red blood. You'll catch that blood in your hands, your own blood and the blood of others.



And once the storm is over you won't remember how you made it through, how you managed to survive. You won't even be sure, in fact, whether the storm is really over. But one thing is certain. When you come out of the storm you won't be the same person who walked in. That's what this storm's all about.”


Haruki Murakami, Kafka on the Shore


Ga. Ngerti. Lagi. Sama. Murakami. 
Gila. 

Bismillah.....

I've just got home from the hospital, from the internist to check what might happen to be the cause of the inflammation in my left eye. What I got is the suggestion to do another lab check, the blood and urine test. Again. It's been scary months to go to the doctors over and over again. To hear what the doctors are saying. To have medicines continuously entering your body. And to have this negative thinking inside your mind, the fear of not getting better yet the hope to get well really soon. Notice that I wrote doctors and not doctor? Yes, I've been to some doctors, not only one. An eye-doctor (I don't know what it is called, an ophthalmologist, maybe?), an internist, and a dentist. I am just....... scared. Hearing lots of unfamiliar medical terms and looking them up in the internet apparently is a bad idea because you'll know that you are facing something serious, that you just helplessly rely on the doctor and praying to God to cure your disease. What it feels like to know that there are antibodies in your blood that work against your own body? What makes it worse is I know there's something wrong with my mindset. The process of curing my disease needs me to have a positive thinking, to have me believe that I will get better. I must not over thinking and get stressed because it does affect the condition of my body. It would be easy if I were optimistic so I would not be as worry as I am right now. But the fact that I'm more a pessimistic one is being a big problem here. I am not saying that I enjoy being pessimist, but you know that feeling when you feel that you have no control over whatever happens to your life, when you're not sure whether everything is going to be fine or not. I've been trying hard not to easily stressed out, to face anything calmly and being confidently optimistic, but it seems that I still have to try harder with some extra efforts. Wish me luck, please? :")

Bismillah. Believe that Allah does not burden any human being with more than he is well able to bear :) 



Monday, 11 March 2013

Butuh Air Mata

Ada yang merasa judul di atas menggelikan atau bahkan menjijikan? Haha percayalah, isi postingan ini tidak akan semenggelikan judulnya.

Sudah hampir 4 bulan saya sakit mata. Mata kiri saya seringkali memerah dan menyebabkan penglihatan jadi buram. Berulangkali ke dokter, diperiksa, dikasih obat, tapi masih belum kunjung sembuh. Sempat membaik, tapi sekarang sakit lagi. Kalau orang yang matanya buram karena minus atau plus, bisa dibantu dengan memakai kacamata, tapi kasus saya lain. Buram ya buram, ga bisa dibantu pakai kacamata karena aslinya saya gak minus atau plus. Yang ada malah pusing pas nyoba pakai. Dulu waktu SMP atau awal SMA *lupa*, saya pernah mengalami hal yang sama, tapi sekali berobat sudah sembuh (awalnya saya sangka begitu). Tapi ternyata Desember kemarin sakitnya kambuh lagi. Kaget? Pastilah. Kenapa tiba-tiba penyakit lama datang lagi dengan kondisi yang lebih parah dalam selang waktu kurang lebih 4 tahun? Takut? Banget. Karena sampai sekarang masih sakit :( Sempat ganti dokter juga karena beban psikologis *halah* *tapi serius*. Emang dasarnya saya yang lemah kali yak, divonis pakai tampang jutek dan kata-kata lugas menyakitkan langsung membuat saya down. Iya, sekeluarnya saya dari ruang praktik rasanya mau langsung nangis aja tapi masih harus nunggu buat nebus resep. Dengan sifat menyebalkan saya yang gampang panik, isi pikiran saya terus dihantui kata-kata dokter mata saat memeriksa saya. Makin down yang ada. Lemah -___- 

Singkat cerita, kata keluarga saya, dokter yang itu memang begitu *apasih* jadilah saya dibawa ke klinik khusus mata. Jeng jeng. Dokter kedua yang saya temui ini masih tergolong muda, dan halus....hiks. Komunikasi juga jadi lebih nyaman walau isi berita yang disampaikan tetap saja mengiris hati *srooot* Dokternya bilang sakit di mata saya akan lebih mudah kambuh kalau saya sedang sakit, baik fisik maupun psikologis. DUAR. Kondisi tubuh harus dijaga biar ga terlalu lelah dan stress. Banyak makan buah, sayur, minum dan pakai obat yang rajin. Matanya juga harus dikondisikan biar ga capek. Dengan cara? Jangan baca sering-sering dulu, jangan main komputer, dan lain-lain. GIMANA CARANYAAAA. Saat itu lagi masa liburan, dan yak saudara-saudara selama liburan satu bulan itu saya ga baca novel sama sekali. Prok prok. Ga nonton film, ga nonton drama. Prok prok. Tapi pas udah mulai masuk kuliah gini, hampir ga mungkin saya ga baca apa-apa. Text books, journals, tugas, semua menanti untuk disentuh, dan saya butuh mata saya :( sakitnya kerasa loh pas memaksakan mata untuk tetap bekerja, hasilnya mata memerah, pandangan kabur, dan pusing muncul -__- Mata rasanya kering, butuh air dikiit buat ngolesin mata sama tetap melindungi mata T_T pernah pas di kelas mata udah mulai sempoyongan, terus lagi ngantuk juga, nguaplah saya dan bersamaan dengan itu, air mata keluar (saya kalau nguap suka dikira nangis karena kadang air mata yang keluar banyak -__-), dan mata saya rasanya jadi lebih segar, jadi lebih enak dan ga kering. Lalu saya sadar, salah satu obat yang diberikan ke saya adalah Artificial Tears, iya, air mata buatan, buat ngelindungin mata. Baru ngeh. Sedih aja rasanya sampai harus dikasih Artificial Tears gitu. Untuk melindungi mata sendiri aja harus dapat bantuan dari luar, harus pakai sesuatu yang buatan, karena sistem alaminya bermasalah. Sedih. Iya sedih. 

Buat yang matanya masih sehat, dijaga dengan baik yak...Dipakai buat lihat hal yang baik-baik juga, at least itu membantu menjaga mata secara batiniah *halah*, percaya deh, yang namanya ungkapan "mata adalah jendela dunia" itu benar adanya. Kalau mata udah sakit, mau ngapa-ngapain juga ga enak, ga bisa baca lama-lama, ga bisa nonton lama-lama, yak you can imagine what it feels like not being able to do the things that you love, bahkan lihat muka yang ganteng atau cantik pun jadi susah dan berkurang kadar kesenangannya karena otak jadi butuh waktu lebih lama untuk mempersepsikan sensasi yang masuk *eaaaa* 

Ini bukti kegalauan atas kesehatan saya: 



Eaa. Galau banget yak. Tapi galaunya bermutu kan? *apeu* Emang lagi takut banget waktu itu. Sampai sekarang juga masih, sih. Kasih saya doa aja yak biar sembuh, jangan kasih saya air mata... #okesip Haha. Mohon doanya :"" Makasih :"" 

*siapa yang baca blog lu sih, Taaal*

Friday, 1 February 2013

Film dan Semangat :D

Setelah menonton film berkategori aksi atau petualangan, saya biasanya jadi semangat. Rasanya hati senang riang gembira dan semangat pun membara! Keluar dari bioskop, langkah jadi ringan, senyum terpampang lebar dan yak...seneng aja gitu. Lain halnya kalau nonton film yang sedih, rasanya jadi gundah gulana karena saya orangnya terlalu menghayati dengan hati kalau nonton, ditambah sentuhan emosi yang menjadi-jadi, akhirnya BOOM! Lemas pas selesai nonton, lalu kepikiran seolah yang ditonton itu kejadian nyata (apalagi kalau filmnya memang diangkat dari kejadian nyata). Jadinya sedih tersayat-sayat, seperti ketika saya menonton Habibie & Ainun. 

Nah! Hari ini saya merasakan kembali sensasi semangat setelah menonton film Hansel & Gretel di bioskop. Saya ga ngebayangin sama sekali filmnya bakalan kayak apa, dan gak coba lihat-lihat dulu resensi yang ada. Saya hanya lihat sekilas di linimasa twitter katanya filmnya ga cocok buat yang ga suka darah. Merasa tidak akan terpengaruhi oleh darah (sok banget hahaha), maka saya mengiyakan ajakan teman-teman untuk menonton film ini.  
Waktu beli tiket dan bilang kami mau nonton Hans & Gretel, mba-mbanya nanya:

 Mba-mba yg di tempat tiket (MMydTT): Umurnya berapa?
 Saya dan Teman: *bengong dulu* 
 Saya (S): 18, Mba..
 Teman (T): 19, Mba..
 MMydTT: Dua orang lagi? Ga ada yang anak-anak kan?
 S & T: Ngga kok Mbaaa.

Wooh baru pertama kali saya ditanya umur pas beli tiket wkwkw biasanya langsung aja. Singkat cerita, masuklah kami ke bioskop. Awal film aja saya udah merinding karena scoringnya. Ga lama kemudian, muncul nama Hans Zimmer di layar sebagai orang yang bertanggungjawab terhadap scoringnya. Yaak, no wonder, no wonder! Mulai dari awal cerita aja udah disuguhin adegan berdarah-darah wkwkw pantes aja anak-anak ga boleh nonton. Awalnya aja udah kereeen, KYAAAA seru lihat Hans & Gretel memburu penyihir :D Ga kebayang kalau nonton yang 3D. Bakalan lebih keren. Tahu gitu sekalian yang 3D aja yak padahal hahaha tapi apa daya tidak berbanding lurus dengan kantong wkwk. Filmnya terang-terangan gitu ngeliatin cara-cara Hans & Gretel melawan penyihir-penyihir jahat. Ada yang kepalanya diinjek sampai pecah, ditembakin, dipanah, dan yang pasti dibakar! Ada juga kutukan dari si penyihir ke seorang warga yang ngebuat warga itu meledak dan organ dalamnya terburai ke segala arah, terlempar ke orang-orang yang ada di dekat situ. Wow. WOW. Hahaha seru. Musiknya juga oke. Mendukung sekali. Jeremy Renner keceeeee kyaaaaaa :3 Gemma Arterton juga cantik tapi macho :3 tapi ceritanya bentar bangeet, apa emang karena mau dibikin (kalau ga salah) 5 film kali yak._.
Ini bukan resensi looh yak hahaha cuma apa yang dirasakan saja *apanya yang resensi kalau kayak gini wkwk* Setelah selesai, akhirnya..akhirnya! Sensasi cerah ceria riang gembira muncul lagi! Rasanya jadi semangat ahahaha. Terakhir kali kayak gitu pas selesai nonton 5 CM :D

Whoaa today was surprisingly fun :" terharu. 

Wednesday, 30 January 2013

Expectationg

Lupa waktu itu lagi cari apa di internet, tapi tiba-tiba terdampar di Goodreads dan menemukan ini:

"What makes earth feel like hell is our expectation that it should feel like heaven."
-Chuck Palahniuk

"Whatever it is you're seeking won't come in the form you're expecting."
-Haruki Murakami

Cukup membawa saya kembali pada realita :))
Akhir-akhir ini saya kayak disetir sama ekspektasi. Beberapa pilihan yang saya ambil belakangan ini berdasar pada ekspektasi yang menggantung dan nanggung hingga pada akhirnya membawa saya pada hasil yang (masukkan adjektif negatif di sini karena saya ga bisa menemukan adjektif yang pas). Kaget juga pas menyadari saya di posisi itu several times in a row. Prok prok prok. I don't know if I have to feel stupid or...stupid. Lucunya, sesaat sebelum saya menetapkan pilihan, ada suara dari hmm hati kecil saya yang tahu apa yang sebenarnya saya inginkan, tapi ironisnya saya malah memilih hal yang sebaliknya. Hasilnya? Jelaslah saya terlempar keluar dari zona kedamaian pikiran yang berujung pada kegelisahan dan konsekuensi lainnya yang harus saya tanggung. Prok prok prok. Ada mata kuliah Management Expectation ga yak? Pasti saya ambil hahaha. Ya sudahlah, kita ambil hikmahnya saja *shot*


Satu hal lagi yang melintasi pikiran saya adalah saya hmm harus belajar menyampaikan berita yang kurang baik ke orang lain. Semacam gak tegaan dan entah harus bersikap apa saat melihat gurat kecewa yang terpampang di wajah si penerima, apalagi kalau saya sekaligus menjadi objek berita. Dobel ga enaknya #pffft. 

Beberapa hal yang menyelamatkan saya di tengah porak-porandanya pikiran akibat ditipu ekspektasi dan bergulat dengan berita buruk adalah Malam Minggu Miko, Lie to Me (ehem bukan yang drama Korea haha), dan tidur. Setidaknya bisa membantu mendinginkan kepala yang berasap. 

Terakhir, ini hal-hal yang masih bercokol di pikiran:
-Sakit mata belum sembuh juga
-Gigi sakit lagi
-Hard disk mendadak rusak. Selamat tinggal, Running Man :( *srooot*
-Merasa bersalah karena tidak sengaja menjatuhkan iPad dan rusak.
-Belum bisa move on dari Running Man episode 122 yang bagian dikasih tantangan nyanyiin lagu. "I LOVE YOUU I NEED YOUUU I WANNA HOLD YOUUU noiseungmusemaripiroheee I LOVE YOUU I WANT YOUUU I'LL NEVER LET YOU GOOO nomadeulsaranghae nomadeulsarangheso!" HAHAHAHA kocak parah! Btw, itu yang lirik koreanya cuma sependengaran saya aja dan ditulis pakai bahasa sendiri wkwk. Nyari lagu ini dan ga nemu-nemu huf. Anyone, ada yang punya lagu Sobangcha yang judulnya On The Phone? Lagu jadul sih, tahun 80an wkwk.
-Pengen nonton Samurai X Live Action dan Code Blue. Hard disk-ku sayang, hard disk-ku malang. Kenapa rusak pas liburan ;__:
-Belum menyentuh novel lagi padahal pengen baca, terutama novelnya Murakami.
-Lagi nunggu komik Conan nomor 72. Kasus di komik nomor 71 seru dan bersambung pffft.
-Sudah merasakan perang SIAK. HIIIH.
-Menemukan banyak kosakata menarik pas nonton Lie to Me, tapi bodohnya ga saya catat -__-
-Kangen nonton bulu tangkis.
-Masih pengen libur. 
-dll, dkk, dsb 

Sudah ah, yang lainnya biarkan berlalu lalalalala~

Tetap sehat, tetap semangat!

Monday, 7 January 2013

Rumpun tetangga

Yak, postingan ini disponsori oleh film Habibie & Ainun. Saya merinding banget nonton film ini. Dari awal udah kaget lihat akting Reza Rahadian, gak nyangka gestur dan cara berbicaranya semirip itu sama Pak Habibie, mantap sekali! :') Semalam sebelumnya saya baru nonton Perahu Kertas 2, jadi lihat Reza Rahadian di dua karakter yang berbeda selang sehari itu rasanya... wow. Oke, fokus, bukan Reza Rahadian yang mau saya bahas di sini wkwkwk. 
Sudah beberapa kali saya diperlihatkan kemajuan teknologi di beberapa film yang saya tonton. Kemajuan yang mendatangkan manfaat bagi orang banyak, baik itu dalam bidang kesehatan, transportasi, dan bidang lainnya. Begitu pula di film Habibie & Ainun ini. Saya disuguhi kejeniusan Pak Habibie dalam teknik mesin. Membuat sistem yang mampu menahan berat 200 ton (maaf kalau saya salah tangkap, fisika saya menyedihkan T_T), diakui kehebatannya oleh Jerman, dan saat kembali ke Indonesia beliau merancang pesawat terbang. Rasanya......saya kerdil sekali. *ini mulai berkaca-kaca pas nulis* Bukan maksud saya lancang membandingkan apa yang sudah beliau lakukan dan siapa saya serta apa yang saya lakukan (karena jelas pada kenyataannya saya belum ngapa-ngapain), tapi mendadak saya merasa kerdil ada di rumpun ini. Setiap kali usai menonton film yang menyajikan kehebatan eksakta, rasanya saya... kosong sekali. Saya mendadak ragu dengan apa yang akan saya tekuni untuk minimal 4 tahun ke depan. Saya belajar apa? Manfaatnya apa? Saya gak bermaksud menyangsikan prodi yang saya pilih, tapi ketika melihat banyak orang di luar sana yang mengembangkan sesuatu, menciptakan berbagai hal yang mendatangkan kebermanfaatan bagi massa, mengulik dan memahami alam beserta partikel-partikelnya, saya merasa saya gak bisa apa-apa. Kecil banget...
Saya gak menyesali pilihan saya untuk berada di rumpun ini. Saya pernah merasakan berada di rumpun itu, meski lingkupnya lebih umum saat SMA. Saya memang bertahan, tapi kalau harus dijadikan mayor, saya gak akan tahan, atau gak bisa, atau gak mau. Berada di sini memang pilihan, tapi ketika melihat rumpun sebelah...saya masih suka berharap saya mengerti. Berharap logika saya jalan dan ga harus seterseok-seok itu untuk bertahan saat di SMA sehingga mungkin bisa mempertimbangkan institut yang itu. Istighfar woy haha. Yak, rumpun tetangga memang selalu terlihat lebih hijau muahahehahe.
Intinya sih, yok bersyukur bersyukur :') 
Mau mengulang dikit apa yang pernah saya tulis di sini:

“Nggak ada waktu mengharapkan hal-hal yang nggak kita miliki,
kita cuma bisa mencari jalan terbaik buat bertarung sesuai kemampuan yang kita miliki.
Buat seumur hidup kita.”
(Youichi Hiruma – Eyeshield 21)

Ah, ranca bana.


Oh iya, quotes yang nempel di kepala dari film Habibie & Ainun: 

*surat dari kolega saat Pak Habibie sakit di Jerman* 
"Cepat sembuh, Rudi. Jerman membutuhkan kamu."

dan yang paling menguras emosi *hayaah*

Ucapan Pak Habibie kepada Ibu Ainun:
"Untuk ini (sambil menunjuk pesawat yang pernah beliau buat dan akhirnya tidak digunakan lagi), saya kehilangan banyak waktu untuk kamu. Untuk anak-anak." 

......................................................................*nangis*